As-Pa St. Albertus

Asrama Putra Santo Albertus Malang

Asrama terletak di Talang 3 Malang yang sebelumnya menempati rumah di Jl. Kurinci 22, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Madya Malang. Berdasar arsip yang tersimpan, asrama putra St. Albertus  berdiri di atas tanah seluas 683 m2. Pada mulanya tanah (dan bangunan) ini milik Ibu Atik Mulyati. Pemilik lama menggunakannya untuk tempat kost putri anak SMAK Dempo. Pada tanggal 30 Juli 2007 tanah ini dibeli Ordo Karmel. Kemudian pada tanggal 06 Agustus 2007 Rm. Heribertus Heru Purwanto, O.Carm selaku prior provinsial Ordo Karmel Indonesia mengajukan kepada pihak Kantor Pertanahan untuk mengubah penggunaan tanah ini dari perumahan (rumah tinggal)  menjadi asrama. Pada tanggal 15 Agustus tahun yang sama surat persetujuan dari Kantor Pertanahan turun. Asrama ini diresmikan/diberkati oleh Rm. H. Heru Purwanto, O.Carm pada tanggal 11 Februari  2009, meski   sebenarnya  telah  beroperasi sejak  bulan Juli 2008 di mana tahun ajaran 2008 – 2009 dimulai. Sebagai pendiri sekaligus  Pembina asrama adalah Br. Yohanes Suparno. O.Carm. Hal ini dikukuhkan oleh SK Yayasan Sancta Maria Malang No. 350/YSM.OC/XI/2008. Dalam SK dinyatakan bahwa Br. Yohanes Suparno. O.Carm ditarik dari tugas dan jabatan sebagai bendahara SMAK St. Albertus untuk selanjutnya sebagai Pembina Asrama St. Albertus dan Guru Bimbingan Konseling SMAK St. Albertus.  Pada rapat Yayasan Sancta Maria Malang tanggal 20 Desember 2008 Yayasan menerima penyerahan lembaga asrama Dempo lembaga pendidikan alternatif.

Berdasar informasi dari Ibu Marni dan Ibu Siska, karyawan bagian dapur yang ikut babad alas bersama Br. Yohanes Suparno.O.Carm,  angkatan pertama  asrama berjumlah 25 anak. Mereka menggambarkan angkatan pertama ini sebagai angkatan yang kacau: keluyuran, naik atap, merokok, mencuri, bahkan merusak fasilitas asrama. Bahkan ada anak  stress yang suka membentur-benturkan kepala ke tembok. Maka sungguhlah berat  perjuangan para Pembina awal yang merintis asrama ini. Mereka selain harus menyiapkan fasilitas juga harus membina anak-anak macam ini. Selain nakal, kecerdasan intelektual angkatan ini juga banyak yang kurang. Akibatnya, dari 25 anak, tersisa 8 anak pada tahun ke tiga (kelas XII). Mereka yang mampu melampaui pendidikan selama tiga tahun memetik hasilnya di jenjang berikutnya. Hal ini diketahui berdasar info orang tua atau anak yang bersangkutan ketika berkunjung ke asrama. Selanjutnya, angkatan kedua berjumlah 12 anak. Seiring perjalanan waktu, mereka juga mengalami seleksi secara alami. Hingga tahun ke 3 angkatan kedua  tersisa 5 orang. Selanjutnya angkatan ke tiga berjumlah 26 anak. Seperti angkatan sebelumnya mereka juga mengalami seleksi alam. Hingga tahun ke 3 angkatan ini tersisa 8 anak. Sedangkan angkatan ke 4 hingga tahun ke tiga tersisa 5 orang.

Dalam mengelola asrama, Br. Yohanes.O.Carm dibantu oleh Br. Vianey. O. Carm dan Rio. Br. Vianey bertugas sebagai penanggungjawab kedisiplinan. Rio sebagai asisten Pembina. Dua Pembina ini menjadi penting perannya mengingat Br. Yohanes banyak meninggalkan asrama untuk mengadakan pelayanan retret. Para Pembina juga bertanggungjawab memantau para anggota asrama saat jam belajar. Perlu diketahui bahwa sebelum tahun ajaran 2015 – 2016, tempat belajar asrama ada di dua tempat: satu di asrama, satu di SMAK St. Albertus. Mereka  belajar di sekolah karena ada kegiatan BBD (bimbingan Belajar Dempo).  Sebagai unit karya di bawah Yayasan, asrama mendapat kemudahan layanan menggunakan ruang sekolah pun layanan guru-guru SMAK. St. Albertus untuk menjadi pembimbing lesnya.

Tahun 2010 Rm. Ign. Joko Purnomo.O.Carm selaku provincial Ordo Karmel Indonesia menyerahkan kepada Yayasan Sancta Maria Malang, Br. Antonius Widi Nugroho.O.Carm dan menempatkannya di asrama Putra St. Albertus. Dengan demikian  bertambah satu lagi Pembina yang memperkuat pelayanan asrama. Beliau membantu pendampingan asrama sambil menjalankan tugas study Administrasi Pendidikan di Universitas Negeri Malang. Selain sebagai Pembina, Br. Widy bertanggungjawab sebagai bendahara asrama. Namun demikian pada tahun itu juga mundur satu Pembina asrama yaitu Rio.

Berdasar keputusan ketua Yayasan Sancta Maria Malang, tertanggal 8 Juli  2011 kepemimpinan Asrama Putra Santo Albertus diserahterimakan dari Br. Yohanes Suparno. O.Carm kepada Br. Mungsi.O.Carm yang sebelumnya bertugas sebagai guru pendidikan religiositas di SMAK St. Paulus, Jember. Sejak saat itu pengelolaan asrama sepenuhnya di bawah tanggungjawab Br. Mungsi.O.Carm. Mencermati segala kebutuhan mendasar yang harus ada di asrama demi semakin baik dan berkualitasnya pelayanan sebagai sebuah lembaga pendidikan, pimpinan baru mengadakan pembenahan-pembenahan. Pembenahan di bidang pembinaan  rohani dilakukan dengan mewajibkan setiap anak asrama ikut doa pagi serta menetapkan satu hari dalam seminggu untuk misa asrama. Dalam hal tata tertib, diusahakanlah pencetakan buku Tata Hidup asrama yang kemudian dibagikan kepada setiap anggota sebagai pedoman hidup di asrama. Harapannya adalah siswa membaca dan memahami tata tertib yang ada sehingga menjadi pedoman perilaku yang semakin terarah. Tahun berikutnya Br. Mungsi dan tim berusaha mengarahkan perilaku baik dan mengendalikan perilaku tidak baik dengan menyertakan panduan poin plus dan minus bagi anggota asrama beserta penjelasan penggunaannya. Beberapa anak asrama yang perilakunya tidak dapat ditolerir lagi kemudian dikembalikan kepada orang tua. Terkait dengan fasilitas asrama, Br. Mungsi.O.Carm melengkapi asramaa dengan Genset, rak peralatan makan anak asrama, rak sepatu, rak jemuran pakaian, dan rak tempat peralatan mandi.

Selain pembuatan buku Tata Hidup dan Panduan Reward dan Punishment Asrama, guna mengingatkan komitmen hidup berasrama anak-anak asrama lama (kelas X naik kelas XI dan kelas XI naik kelas XII) Br. Mungsi.O.Carm membuat system daftar ulang. Latar belakang dari system ini adalah munculnya gejala-gejala  arogansi dan kemapanan  anggota-anggota senior  yang memunculkan sikap dan perilaku yang tidak kondusif. Sistem daftar ulang juga dimaksudkan untuk menyeleksi siapa saja yang dianggap layak oleh Pembina untuk dipertahankan sebagai warga asrama. Sikap dan perilaku yang dimaksud adalah senioritas dan melawan kebijakan asrama. Dari sinilah biasanya selain seleksi alam, seleksi dari dewan Pembina asrama terjadi. Beberapa anggota asrama yang dinilai dan diprediksi tidak dapat bekerjasama dengan Pembina terpaksa tidak dilanjutkan ijin tinggal di asramanya. Sebab tidak semua anak asrama dengan sukarela tinggal di asrama.

Pada 15 Januari 2013 asrama mendapat tenaga baru dari Yayasan.  Yayasan Sancta Maria Malang setelah mendapat limpahan tenaga dari Ordo Karmel mengangkat Br. Paryanto. O.Carm sebagai staf Pembina asrama. Selain bekerja di asrama, Br. Paryanto.O.Carm menjabat sebagai wakil kepala sekolah bidang sarana prasaarana SMAK St. Albertus Malang. Br. Antonius Paryanto.O.Carm bertugas di asrama hingga November 2014. Selanjutnya berdasarkan SK Pimpinan Ordo Karmel Indonesia, tanggal 5 Agustus ditugaskanlah Br. Agustinus Dedy Kusbiayanto. O.Carm menggantikan Br. Paryanto.O.Carm  yang diminta kembali oleh Ordo.

Pada kepemimpinan Br. Mungsi.O.Carm, beberapa orang pernah bekerja membantu pengelolaan asrama secara paruh waktu. Mereka itu adalah Bapak Diktus Gewa Kedang dan Sdr. Charles Simamora. Kedua orang ini paginya  bekerja di penerbit Karmelindo dan sore hingga malam membantu mengawasi anak-anak asrama. Berkat jasa Pak Diktus buku-buku perpustakaan terlabeli dan tertata dengan baik. Bapak Diktus pulang kampung karena sakit. Sdr. Charles Simamora hanya bekerja satu setengah bulan. Ia mengundurkan diri karena mau konsentrasi pada rencana belajar S2.

 Saat ini asrama putra St. Albertus dihuni  angkatan ke 5, 6. Dan 7. Jumlah keseluruhan penghuni 29 terdiri dari kelas XII (3), kelas XI (12), kelas X(14). Mereka berasal dari kota-kota: Toraja, Jakarta, Samarinda, Banjarmasin, Medan, Berau, Sangata, Denpasar,  Kupang, Makasar,  dan Timika. Bisa dikatakan bahwa asrama putera St. Albertus adalah komunitas Pelangi Nusantara. Mereka dibawah bimbingan 3 pendamping  yaitu Br. A. Mungsi, O.Carm, Br. Widhi, O.Carm, dan Br. Dedy. Tiga pendamping ini menjalankan tugas sembari  melaksanakan tugas di tempat lain. Br. Mungsi menjabat sekretaris Yayasan Sancta Maria Malang.  Br. Widhi menjalankan tugas di SMAK St. Albertus sebagai waka SarPras. Keadaan “nyambi” inilah yang kadang menjadi kendala untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal.  Menguntungkan bahwa menurut penuturan para karyawan, anak-anak sekarang jauh lebih baik keadaannya. Jika dikategorikan pada kenakalan,  mereka  lebih pada sifat malas, egois, dan semaunya sendiri  saja. Komitmen untuk disiplin dan tanggungjawab masih cukup rendah. Memang, setiap masa ada tantangan dan situasinya sendiri.

Visi Misi

Sebagaimana tercantum dalam buku Tata Kehidupan Asrama, asrama Putra St. Albertus menetapkan visi, “Mendampingi kaum muda dalam perkembangannya sehingga mereka mampu menghayati nilai-nilai doa, persudaraan, dan pelayanan yang mereka perlukan untuk mencapai perkembangan pribadi-sosial secara penuh dan kemmpuan hidup di dalam masyarakat.  Visi ini kemudian ddijabarkan dalam

misi sebagai berikut :

Laman: 1 2